9/10/2013

kerajaan majapahit

                                                       Kerajaan Majapahit
                                                   Oleh: Nyoman Arya S.

         A.   Gambaran umum
Kerajaan majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.
Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[9] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309. Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

B.     Sisilah raja di majapahit

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang,[2] menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina[13]. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke TiongkokBerikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.


1. Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 - 1309)
2. Kalagamet, bergelar Sri Jayanagara (1309 - 1328)
3. Sri Gitarja, bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 - 1350)
4. Hayam Wuruk, bergelar Sri Rajasanagara (1350 - 1389)
5. Wikramawardhana (1389 - 1429)
6. Suhita (1429 - 1447)
7. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
8. Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
9. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
10. Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)
11. Bhre Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
12. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
13. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)[24]
           
C.     kehidupan sosial

Agama dan Kepercayaan masyarakat Majapahit
Terdapat tiga aliran yang hidup berdampingan di kerajaan majapahit, yaitu agama Siwa, Wisnu dan Buddha Mahayana9. Segala Upacara keagamaan berjalan secara berdampingan. Di kalangan atas, di kalangan para ahli pikir terdapat proses sinkretisme yang membuat Siwa dan Buddha sama nilainya. Sewaktu hidup raja dipandang sebagai titisan Wisnu, tetapi setelah wafat raja dimakamkan sebagai Siwa. Ada beberapa pendapat yang menguatkan bahwa Siwa dan Buddha hidup berdampingan dalam masyarakat Majapahit, antara lain:
1.         Pendapat Krom (1923) bahwa sinkretisme Siwa dan Buddha tampak dalam kesenian dengan bukti di Candi Jawi terdapat arca Siwa dan arca Aksobhya yang terjadi akibat pengaruh ajaran Tantrayana terhadap kedua agama.
2.         Pendapat Rassers (1926) bahwa pertautan agama Hindu dan Buddha di Jawa Timur merupakan aspek dari satu agama yang tunggal yang berpangkal pada kepercayaan Jawa purba.
3.         Pendapat Goda (1970) bahwa penyamaan dewa-dewa agama Siwa dan Buddha tidak hanya terjadi di Jawa tetapi juga di Kamboja, Nepal, dan India sendiri. Maka kebudayaan asli bukan satu-satunya penyebab terjadinya koalisi agama Siwa dan Buddha.
1.         Kesusasteraan
·         Pada zaman Majapahit kesusastraan dibagi menjadi dua bagian10 yang dibagi berdasarkan bahasa yang digunakan dan bentuk tulisan yang ditulis, yaitu zaman Majapahit I dan zaman Majapahit II.
·         Pada zaman Majapahit I hasil-hasil kesusastraan yang terpenting adalah:
Nāgarakrtāgama, karangan Prapanca, tahun 1365 M.
·         Kitab ini berisi tentang riwayat Singasari dan Majapahit dari sumber-sumber pertama dan ternyata sesuai dengan prasasti-prasasti. Terdapat pula uraian tentang kota Majapahit, jajahan-jajahan Negara Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk di sebagian besar Jawa Timur, upacara çrāddha yang dilakukan untuk roh Gayatri dan tentang Pemerintahan serta keagamaan dalam zaman pemerintahan Hayam Wuruk.
                           Sutasoma, karang mpu Tantular
·         Pokok cerita ialah riwayat Sutasoma, seorang anak raja yang meninggalkan keduniawian karena taatnya pada Agama Buddha. Sutasoma selalu bersedia mengorbankan dirinya untuk menolong sesama mahkluk yang sedang dalam kesulitan karena kesediaannya itu maka banyak orang tertolong bahkan seorang raksasa yang biasa memakan manusia pun bisa menjadi pemeluk Agama Buddha yang mulia itu.
                          Arjunawijaya, mpu Tantular
·         Kitab ini ada yang berupa gancaran dan ada yang berupa kakawin. Kitab yang berupa gancaran termasuk zaman Mataram, dan yang kakawin berasal dari zaman Majapahit I. Isinya menceritakan seorang raksasa Kunjarakarnayang ingin menjelma menjadi manusia, kemudian menghadap Wairocana dan diizinkan melihat keadaan di neraka. Ia taat kepada agama Buddha, dan akhirnya keinginannya terkabul
·         Isinya meriwayatkan para Pandawa setelah kalah bermain dadu, dan mendapat penghinaan-penghinaan dari para Kaurawa. Akhirnya mereka ke hutan dan Arjuna bertapa di Gunung Indrakila.
·         Pada zaman Majapahit II hasil-hasil kesusatraan ditulis dalam bahasa jawa tengahan dan ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) serta gancaran, yang terpenting, antara lain Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawāçrama, Bubhuksah, Pararaton, Sundayāna, Panji Wijayakrama, Rangga Lawe, Sorāndaka, Pamancangah, Usana Jawa, dan Usana Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar