KERAJAAN SALAKANEGARA
BY:ARYA
1. Profil umum
Salah satu wilayah pemukiman masyarakat yang terbesar di Pasundan padawaktu itu adalah Teluk Lada Pandeglang Banten, yang merupakan pelabuhan alam yang banyak dikunjungi oleh pendatang dari pulau-pulau lain, seperti pendatang dari Bugis, Maluku, Lampung, Tumasik, Penang/Malaya, dan India. Perdagangan di Teluk Lada berupa hasil laut, bumi, hutan, ternak dan ikan darat. Hasil Bumi dengan komoditas utama lada, ditanam pnduduk di pedalaman Teluk Lada, dan datang dari pulau sebrang (Lampung). Hasil pertambangan seperti besi, tembaga, emas dan perak yang dikelola secara tradisional, jarang diperjualbelikan (timbal balik) oleh penduduk kepada pihak luar. Hasil pertambangan itu dipakai sendiri untuk bahan pembuatan alat-alat pertanian, alat keperluan sehari-hari, senjata dan perhiasan.Perdagangan dengan pihak luar disebabkan karena adanya kebutuhan penduduk pada kain (dari india), keramik Cina dari para pedagang Tumasikdan Penang, dan barang-barang lainya yang belum dapat dibuat oleh para penduduk Teluk Lada. pemimpin di Teluk Lada itu adalah Datu Tirem, yang pada mulanya merupakan seorang pendatang dari Sumatra/Melayu, kemudian menjafi pemimpin pada kelompok itu, dan beristrikan wanita pribumi Teluk Lada.
Salah satu wilayah pemukiman masyarakat yang terbesar di Pasundan padawaktu itu adalah Teluk Lada Pandeglang Banten, yang merupakan pelabuhan alam yang banyak dikunjungi oleh pendatang dari pulau-pulau lain, seperti pendatang dari Bugis, Maluku, Lampung, Tumasik, Penang/Malaya, dan India. Perdagangan di Teluk Lada berupa hasil laut, bumi, hutan, ternak dan ikan darat. Hasil Bumi dengan komoditas utama lada, ditanam pnduduk di pedalaman Teluk Lada, dan datang dari pulau sebrang (Lampung). Hasil pertambangan seperti besi, tembaga, emas dan perak yang dikelola secara tradisional, jarang diperjualbelikan (timbal balik) oleh penduduk kepada pihak luar. Hasil pertambangan itu dipakai sendiri untuk bahan pembuatan alat-alat pertanian, alat keperluan sehari-hari, senjata dan perhiasan.Perdagangan dengan pihak luar disebabkan karena adanya kebutuhan penduduk pada kain (dari india), keramik Cina dari para pedagang Tumasikdan Penang, dan barang-barang lainya yang belum dapat dibuat oleh para penduduk Teluk Lada. pemimpin di Teluk Lada itu adalah Datu Tirem, yang pada mulanya merupakan seorang pendatang dari Sumatra/Melayu, kemudian menjafi pemimpin pada kelompok itu, dan beristrikan wanita pribumi Teluk Lada.
Sekitar
tahun 128, datanglah rombongan bangsawan dari India yang dipimpin Dewawarman,
kerabat keraton kerajaan Calankayana di India, ia mengemban misi dari rajanya
untuk mencari "vazal" (daerah pengaruh) Calankayana di luar India,
dalam rombongan itu dibawa pula para pendeta untuk menyebarkan agama Hindu.
Keberadaan Dewawarman di Teluk Lada membawa manfaat sangat besar bagi Datu
Tirem dan para penduduknya , sosok pangeran itu menarik hati Datu Tirem dan
rakyatnya, disamping itu ia berhasil pula mengatasi kesulitan yang dialami
komunitas penduduk Teluk Lada, diantaranya mengusir Bajak Laut yang selalu
mengganas di Selat Sunda, yang menjadi gangguan keamanan bagi para pedagang dan
membantu memperbaiki sistem pemerintahan, pertanian, petrambangan dan perdagangan. Para
pendeta yang dibawanya dari India menyebarkan agama Hindu pada penduduk
setempat sehingga agama hindu mulai dianut para penduduk Teluk Lada dan
mempengaruhi pola budayanya. Dengan adanya Dewawarman dan saudara-saudaranya,
kemakmuran penduduk Telok Lada meningkat dengan pesat.
2.Kehidupan sosial keagamaan.
2.Kehidupan sosial keagamaan.
Delawarean akhirnya menikah dengan Larasati putri Datu Tirem, kemudian Datu Tirem
menyerahkan kedudukanya kepada Dewawarman, selanjutnya sebagai ahli pemerintah
pada tahun 130 mendirikan kerajaan Salakanagara, dan istrinya menjadi
permaisuri dengan gelar Dewi Dwani Rahayu. Dengan inti pasukan yang dibawa dari
Calankayana, ditambah tenaga dari penduduk setempat, Dewawarman membentuk
balatentara Salakanagara, dan menyatukan satuan-satuan kecil penduduk sampai ke
pedalaman-pedalaman di utara, selatan dan timur Salakanagara sekaligus
memperluas wilayahnya. Sehingga pada masa pemerintahanya Salakanagara
membentang dari pantai Selat Sunda, pantai selatan (Kabupaten lebak sampai
Cianjur sekarang), pantai uatara Jawadwipa (sampai tepi barat sungai Citarum),
sekaligus dengan pedalamanya. Perluasan itu dimungkinkan, karena kuatnya
balatentara Salakanagara. "Purasaba" (Ibukota) Salakanagara dibangun
di Teluk Lada dan dinamainya "Rajatapura" (tempat/kota kedudukan
raja) sebagai pusat pemerintahanya.
Untuk
melancarkan roda pemerintahanya dibentuklah "mandala-mandala"
(daerah-daerah) bawahan/kerajaan mandala, yaitu kerajaan mandala Ujung kulon di
bawah pemerintahanya Raja Bahadura Harigana Jaya Sakti adik pangeran Dewawarman
(yang meliputi wilayah Lebak sekarang). Purasaba kerajaan Ujung Kulon
kemungkinan berelokasi di sekitar teluk penanjung yang memanfaatkan teluk itu
untuk prasarana transportasi, komunikasi dan perdagangan sebagai pelabuhan alam
karena kurang dan sulitnya jalan darat.'
Adapun
Salakanagara pendapatanya dari hasil laut, penanaman lada, peternakan, hasil
hutan dan pertambangan besi, tembaga, mas dan perak. Dengan adanya aneka ragam
pendapatan tersebut, penguasa Salakanagara dapat memberikan kemakmuran bagi
rakyatnya.
Seperti
yang diutarakan dimuka, bahwa Pangeran Dewawarman dan rombonganya mencari vazal
bagi kerajaan asalnya, dengan demikian Salakanagara berada di bawah pengaruh
Calankayana di India. Sebagai Vazal, Salakanagara memberikan upeti tahunan
kepada Calankayana dan kerajaan induk itu mengirimkan kain sutra, permadani,
senjata dan kapal laut. Selain dari pada itu, dikirimkan pula para pendeta
hindu ke Salakanagara untuk mendidik masyarakat dalam agama Hindu, sehingga
seterusnya agama Hindu menjadi agama mayoritas penduduk Salakanagara
menggantikan kepercayaan semula.
pada
tahun 150, seorang pengembara yaitu Ptolemeus tiba di Salakanagara bersama
dengan rombonganya pedagang dari India menetap di purasaba Rajatapura.
Ptolemeus sangat mengagumi Salakanagara yang disebutya Argyre (kota perak).
Keberhasilanya
Dewawarman dan permaisurnya dalam membesarkan Salakanagara dan membawa rakyat
Salakanagara pada kemakmuran dan kesejahteraan, membuat pasangan penguasa
tersebut sangat dihormati rakyatnya, dan dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu
(Dewa penjaga dan pelindung manusia ), dan permaisurinya dianggap sebagai
jelmaan Dewi Sri (istri Dewa Wisnu), Dewa wanita pelindung tanaman , ternak dan
keseburan.
3.Silsilah raja.
3.Silsilah raja.
Salakanagara
berlangsung dari tahun 130 sampai tahun 358, di bawah pemerintahan Dewawarman I
sampai VIII. Adapun raja terakhir, yaitu Dewawarman VIII tidak mempunyai anak
laki-laki, hanya memiliki anak perempuan saja, sehingga tidak memiliki putra
mahkota (penerus tahta). Pada masa pemerintahan Dewawarman VIII, datanglah
seorang maharesi muda dari Calankayana, yang memberitahukan pada Dewawarman
VIII bahwa Calankayana telah ditaklukan oleh kerajaan Magada di bawah
pemerintahan Maharaja Samudragupta. Pada masa itu, politik ekspansi maharaja
samudragupta berhasil menaklukan hampir seluruh kerajaan di India. Untuk
Seterusnya Maharesi muda bernama Jayasingawarman itu tinggal di purasaba
Rajatapura dan akhirnya menikah dengan putri Dewawarman VIII. Karena kecakapan
dan keperwiraanya, Jayasingawarman diangkat sebagai penerus tahta Salakanagara.
Sementara
itu, Maharaja Samudragupta makin meluskan wilayah Magada keluar India.
Diantaranya mencari daerah jajahan Calankayana atau daerah pengaruhnya. Untuk
menghindari adanya penyerbuan Magada mengingat sangat kuatnya balatentara
kerajaan itu, Dewawarman VIII memerintahkan kepada menantunya untuk mendirikan
pusat pemerintahan baru (di daerah kecamatan Tarumajaya, Muaragembong,
Sukawangi dan Cabangbungin kabupaten Bekasi sekarang), usaha Jayasingawarman
berhasil, kemudian Dewawarman VIII menyerahkan tahtanya pada Jayasingawarman.
Seterusnya Salakanagara berganti nama menjadi Tarumanagara (358).
Raja-raja
yang pernah memerintah di Kerajaan Salakanagara :
Prabu
Dharmalokapala Dewawarman (Dewawarman I)
Prabu
Digwijayakasa Dewawarman (Dewawarman II)
Prabu
Singasagara Bimayasawirya Dewawarman (Dewawarman III)
Prabu
Darmasatyanagara Dewawarman (Dewawarman IV)
Prabu
Darmasatyajaya Dewawarman (Dewawarman V)
Prabu
Ganayanadewa linggabumi Dewawarman (Dewawarman VI)
Prabu
Digwijaya Satyaganapati Dewawarman (Dewawarman III)
Spatikarnawa
Warmadewi
Prabu
Darmawirya Dewawarman (Dewawarman VIII)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar