Nyoman Arya Santhyabujangga
MYP 6B
A. Atman (Atman Tatwa)
Kata Atma berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti jiwa atau roh.Atma
adalah percikan-percikan kecil dari Parama Atma (Sang Hyang widhi) yang berada
dalam tubuh makhluk. Atma yang berada dalam tubuh manusia disebut jawatma.
Jiwatmalah yang menghidupi tubuh manusia dan makhluk lainnya. Bila Atma
meninggalkan tubuh, maka tubuh akan mati. Indra manusia tidak dapat bekerja
tanpa ada Atma. Mata tidak dapat tanpa adanya Atma. Lidah tidak dapat merasakan
rasa jika tidak ada Atma. Kulit tak dapat merasakan rasa sentuhan, dan semua
tidak dapat berfungsi bila tidak ada Atma.Bila seseorang sudah memasuki usia
tua maka satu persattu indranya akan mati, seperti kuping menjadi tuli, rambut
menjadi putih, mata tidak dapat melihat dengan jelas, tetapi tubuhnya masih hidup karena Atma masih
bersemayam dalam tubuhnya. Tetapi bila Atma sudah tidak bersemayam lagi dalam
tubuh manusia maka manusia akan mati. Bila badan terpisah dengan jiwatma pada
saat manusia mati, hanya badanlah yang hancur, tetapi jiwatma tidak mati, ia
akan mengalami sorga dan neraka sesuai dengan baik buruk perbuatannya. Jiwatma
juga tidak selama-lamanya di sana, ia akan mengalami kelahiran kembali dengan
mengambil wujud sesuai dengan perbuatannya.
Dengan demikian Atma
tidak akan mati walaupun manusia telah mati, karena Atma pada kahekekatnya
adalah sempurna. Adapun sifat-sifat Atma, sesuai dengan yang disebutkan dalam
kitab Bhagawadgita adalah sebagai berikut:
1.
Achodya
artinya tak terlukai oleeh senjata
2.
Adahya
artinya tak terbakar oleh api
3.
Akledya
artinya tak terkeringkan olehh angin
4.
Acesyah
artinya tak terbasahkan oleh air
5.
Nitya
artinya abadi
6.
Sarwagatah
artinya dimana-mana ada
7.
Sthanu
artinya tak berpindah-pindah
9.
Acala
artinya tak bergerak
10. Sanatana artinya selalu sama
11. Ayakta artinya tak dilahirkan
12. Achintya artinya tak
terpikirkan
13. Awikara
artinya tak berubah, sempurna tidak laki-laki ataupun prempuuan.
Dalam
seloka disebutkan sebagai berikut :
“Ia tidak dapat dipotong, ia tidak dapat
dibakar, ia tidak dapat dibasahi maupun dikeringkan. Ia abadi, berada di
mana-mana, tidak berobah dan bergerak. Ia adalah selalu sama.” (Bhagawadgita,
II. 24).
“Ia dikatakan tidak
terwujud, tidak terpikirkan, tidak berobah. Oleh karena itu, mengetahui Ia
demikian, engkau seharusnya tidak bersedih hati.” (Bhagawadgita, II.25).
Dengan demikian pada
saat jiwatma terpisah dengan badan pada saat manusia mati, janganlah bersedih,
karena jiwatma tetap hidup, ia akan mengalami sorga dan neraka, dan akan lahir
kembali kedunia dengan wujud sesuai dengan karmaphalanya.
B. Karmaphala (karmaphala tatwa)
Karma Phala berasal
dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata “Karma” yang artinya perbuatan,
dan “Phala” yang artinya buah atau hasil. Jadi Karma Phala artinya hasil dari
perbuatan seseorang. Manusia hidup selalu berbuat, karena berbuat atau bekerja
adalah kodrat manusia didorong oleh kekuatan alam. Dalam kitab suci
Bhagawadhita disebutkan sebagai berikut,
” Sebab siapun tidak
akan dapat tinggal diam, meskipun dengan sekejap mata, tanpa melakukan
pekerjaan. Tiap-tiap orang digerakkan oleh dorongan alamnya, dengan tidak
berdaya apa-apa lagi.” (Bhagawadgita, III, .5).
” Lakukanlah pekerjaan yang
diberikan padamu, karena melakukan perbuatan itu lebih baik sifatnya dari pada
tidak melakukan apa-apa. Sebagai juga untuk memelihara badanmu, tidak akan
mungkin jika engkau tidak bekerja.” (Bhagawadgita, III.8).
Disadari atau tidak
perbuatan itu pasti mempunyai akibat.Semua aktivitas yang kita lakukan baik
berupa pikiran, perkataan, maupun perbuatan pasti mendatangkan akibat atau
hasil. Baik buruk perbuatan itu ditentukan oleh hasil yang ditimbulkan. Akibat
dari perbuatan itu ada yang menyebabkan orang lain senang, dan ada juga yang
menyebabkan orang lain susah atau marah. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik
akan membawa hasil yangbaik. Demikian pula sebaliknya perbuatan yang buruk mendatangkan
hasil yang buruk. Akibat yang baik akan memberikan kesenangan dan kebahagiaan,
misalnya lahir dalam keluarga yang rukun, lahir dengan wajah rupawan, lahir
menjadi anak pintar dan dihormati. Sebaliknya akibat yang buruk akan memberikan
kesusahan dan kesengsaraan, misalnya lahir di keluarga yang selalu kesusahan,
miskin, sengsara, cacat, buruk rupa dan lain-lain.