8/21/2014

Tatwam Asi



AJARAN TAT TWAM ASI DALAM HINDU

OLEH :
NYOMAN ARYA SANTYABUJANGGA
Email : 01090000346@cikal.co.id




Pengertian Tat Twam Asi

Tat Twam Asi berasal dari ajaran agama Hindu di India. Artinya : aku adalah engkau, engkau adalah aku”. Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu, bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku. Di dalam bahasa Sansekerta, kata ”tat” berasal dari suku kata ”tad” yang berarti ”itu” atau ”dia”. Kata ”tvam’ berasal dari suku kata ”yusmad” yang berarti ”kamu” dan ”asi” berasal dari urat kata ” as(a) ” yang berarti ”adalah”. Jadi secara sederhana kata ”Tat Twam Asi” bisa diartikan ” kamu adalah dia” atau ”dia adalah kamu”.

Tat Twam Asi Dalam Kehidupan

Dalam upaya mewujudkan kehidupan yang Kreta Jagadhita atau kehidupan yang sejahtera dan rukun, selain konsep “Tat Twam Asi” diterapkan sehari-hari antar sesama, juga perlu diterapkan dalam kehidupan intern umat beragama. Agar kerukunan ini tercapai, perlu diterapkannya konsep “Tat Twam Asi”.
Bila dihayati, keadaan yang beraneka ragam agama akan mewujudkan suatu keindahan. Berbhineka dalam keesaan (berbeda dalam kesatuan/unity in diversity). Seperti halnya saebuah taman bunga yang tumbuh di sekeliling taman membuat taman menjadi indah. Kita sebagai komponen bangsa Indonesia harus menyadarai kondisi yang demikian. Pengalaman sejarah membuktikan bahwa keberhasilan dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia berkat tergalangnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga kita mampu mewujudkan kemerdekaan.
Selain implementasi di atas, contoh yang lain adalah ketika kita melakukan kegiatan yang saleh terhadap orang lain, seperti memberi sedekah. Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, dengan demikian, sekarang dia (salah satu roh) menerima sedekah dari kamu (yang juga merupakan sang roh), maka suatu hari dia mesti dan pasti akan memberi sedekah kepadamu. Itu merupakan hukum alam. Sama halnya sekarang kamu membunuh dia di dalam bentuk seekor binatang, karena sang roh diuraikan berpindah dari badan yang satu ke badan yang lain setelah meninggal di dalam proses reinkarnasi, ”dehino smin yatha dehe kaumaram yauvanam jara” , maka suatu hari nanti waktu akan mengatur dimana dia akan mendapat badan manusia dan kamu mendapat badan binatang. Saat itu, giliran dia yang akan membunuh kamu. Ini merupakan suatu keadilan Tuhan di dalam bentuk hukum alam. Dengan demikian, ajaran tat tvam asi juga bisa diambil dari segi sosial seperti contoh diatas. Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, maka kita harus berusaha memperlakukan setiap jiva dengan baik seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Kalimat “Tat Twam Asi dalam arti ini sangat berhubungan erat dengan istilah Tri Hita Karana, yaitu bagaimana seharusnya kita, sebagai makhluk sosial, berhubungan dengan lingkungan di sekitar kita yaitu alam beserta isinya dan menyadari bahwa semuanya adalah ciptaan Tuhan. Karena itu kita semestinya memelihara ciptaan Tuhan seperti kita memelihara diri kita sendiri. Dengan demikian kesejahteraan semua umat akan tercapai dengan diterapkannya konsep “Tat Twam Asi” ini.

Tat twam asi dalam cerita Ramayana dan Mahabharata

Ramayana
Berita tentang akan diangkatnya Rama sebagai yuwa raja (putra mahkota) disambut gembira oleh rakyat Kosala, kecuali seorang. Orang itu adalah Mantara. Ia adalah salah satu dayang dari Dewi Keikayi. Mantara sangat iri dengan pengangkatan Rama sebagai yuwa raja.Ia menginginkan agar anak junjungannyalah yang menjadi yuwa raja.Ia lalu menghadap junjungannya, agar mau mengusulkan kepada raja, agar pengangkatan Rama sebagai yuwa raja dibatalkan. Sebaliknya, Bharatalah yang diangkat menjadi yuwa raja. Rama supaya hidup di dalam hutan selama 14 tahun.
         Mula-mula Dewi Kejkayi tidak setuju dengan usul Mantara. Tetapi, karena pintarnya Mantara membuat hasutan, akhirnya Dewi Keikayi menyetujui usul Mantara tersebut. Tetapi ia masih ragu-ragu, apakah usulnya akan bisa diterima oleh Raja. Mantara lalu mengingatkan Dewi Keikayi akan peristiwa beberapa tahun yang lalu.Pada waktu itu Dasarata terlibat dalam suatu peperangan. Darasata terluka.Dewi Keikayi membawanya ke tempat yang aman, dan merawat luka-lukanya. Sehingga jiwanya terselamatkan. Karena berkenan dengan pengabdian Dwi Keikayi, Sang Raja lalu berjanji akan memenuhi dua permohonan Sang Dewi. Pada waktu itu Dewi Keikayi belum mempunyai suatu kepentingan.
         Diingatkan dengan peristiwa itu, dan karena pandainya Mantara memberikan suntikan, maka tergugahlan hati Dewi Keikayi. Ia lalu mengajak Mantara menghadap Sang Raja. Dewi Keikayi mengingatkan janji Sang Raja, dan sekaranglah waktunya janji itu diminta. Yang pertama, penobatan Rama sebagai yuwa raja dibatalkan, digantikan oleh Sang Bharata. Yang ke dua, Rama supaya disuruh tinggal di hutan Dandaka selama 14 tahun.
         Sang Darata sangat kaget mendengar permintaan tersebut. Tetapi karena janji sudah terlanjur diucapkan, mau tidak mau harus dipenuhi. Maka dipanggillah Rama untuk diberitahu tentang hal itu. Setelah Rama menghadap, Dasarata tidak sanggup berkata-kata. Dadanya terasa sesak dihimpit oleh perasaan cinta dengan anak, dan janji yang harus dipenuhi.Karena tidak sanggup berkata-kata, maka Dewi Keikayilah yang menjelaskan tentang janji ayahnya tersebut. Rama memutuskan untuk melaksanakan janji tersebut, karena tidak ingin ayahnya ingkar janji.
         Setelah pamitan kepada ayahnya dan kepada Dewi Keikayi, dia menghadap ibunya, untuk menjelaskan permasalahannya, dan mohon doa restu. Selanjutnya ia juga berpamitan kepada Dewi Sumitra, kepada Sita, dan kepada Laksamana. Sita menyatakan akan mengikuti Rama pergi ke hutan. Semula Rama tidak mengijinkan Sita ikut ke hutan, karena dia tidak sampai hati melihat Sita menderita di dalam hutan. Sita bersikeras untuk ikut ke hutan, dengan alasan , seorang istri harus selalu berada di samping suaminya dalam suka maupun duka. Laksamana juga bersikeras ingin ikut, dengan alasan ingin bersama Rama menghadapi segala sesuatu di dalam hutan. Dengan demikian, berangkatlah mereka bertiga menuju hutan Dandaka.

Mahabharata
Berdasarkan cerita Sang Hyang Narada, Yudistira bermaksud mengadakan uacara Rajasuya. Bhagawan Byasa dan Krishna membuat persiapan untuk Rajasuya. Tamu-tamu mulai berdatangan, upacara Rajasuya berjalan lancar.
         Upacara penobatan selesai. Acara dilanjutkan dengan upacara penghormatan kepada para tamu. Atas saran Bhisma, yang dijadikan tamu kehormatan adalah Krishna.Penghormatan dengan mencuci kaki dilakukan oleh Shadewa. Beberapa pangeran tidak senang penghormatan diberikan kepada Krishna. Tetapi mereka (kecuali Supala) tidak ada yang berbicara.Hanya Si Supala yang angkat bicara. Ia mengatakan bahwa nasehat seorang anak sungai merupakan nasehat yang tidak benar.Ia lalu menjelek-jelekkan Bhisma, tetapi Bhisma tetap tenang. Ketika Bhima bertanya kepada Bhisma mengapa tidak bereaksi? Bhisma lalu menceritakan riwayat Si Supala.
         Si Supala menantang Krishna untuk perang tanding. Sebagai kesatrya, Krishna tidak boleh menolak tantangan itu. Ia juga sudah siap membunuh Si Supala, karena Si Supala telah melakukan dosa lebih dari seratus kali. Si Supala tewas kena cakra Krishna, dan rohnya lenyap di kaki Krishna. Pada waktu Krishna melempar cakra kepada Si Supala, salah satu jari tangan Krishna terluka kena goresan Cakra. Melihat kejadian itu, Dewi Drupadi yang berada di sana merasa iba. Dewi Drupadi kemudian merobek kain sarinya untuk membalut luka Krishna, supaya darahnya berhenti keluar. Krishna berkata,”Dewi Drupadi, pertolonganmu ini suatu saat akan aku balas”.
         Setelah seluruh rangkaian upacara selesai, semua tamu pulang ke negerinya masing-masing.Duryodana, Dursasana, Sakuni, dan Radeya masih tinggal disana untuk melihat-lihat bale sabha.Duryodana merasa kagum dengan bale sabha itu, dan merasa iri dengan Pandawa.Ia sering merasa tertipu oleh sabha itu. Ia tercebur kedalam kolam, karena ia mengira di sana tidak ada air. Ia berjalan hati-hati karena ia mengira menyebrangi kolam.Ia terbentur pada dinding kaca, karena ia mengira itu ruangan tanpa dinding. Ia ditertawai oleh Dewi Drupadi. Ia merasa terhina, dan ia pergi tanpa pamit.
         Setelah melihat kemegaham sabha Indraprasta, Sakuni dan Duryodana mengusulkan kepada Dristarastra untuk membangun sabha.Dristrastra setuju, dan memerintahkan untuk membangun sabha di Jayanta, kota kecil di luar Hastina.
         Setelah sabha selesai, Drstarastra menyuruh Widura mengundang Pandawa untuk melihat sabha tersebut, dan tinggal beberapa hari di sana sambil bermain dadu. Pada prinsipnya Yudistira tidak setuju dengan permainan dadu, tetapi karena ia berprinsip tidak akan pernah tidak mentaati perintah kaum tua, maka undangan itu di terimanya.
         Dalam permainan dadu itu Yudistira mengalami kekalahan. Semua harta bendanya habis dipertaruhkan, termasuk saudara-saudaranya, serta Drupadi. Semuanya kalah.

         Duryodana menyuruh salah seorang pegawai istana memanggil Drupadi di penginapan, agar menghadap ke sabha sebagai budak, karena dijadikan taruhan. Drupadi menolak untuk datang ke sabha. Duryodana menyuruh adiknya Dursasana untuk menyeret Drupadi ke sabha. Drupadi berusaha lari menuju tempat kediaman Dewi Gandhari, dengan maksud mencari perlindungan.Dursasana terus mengejar, dan menjambak rambutnya hingga tergerai lalu diseret ke sabha.Salah seorang diantara seratus Korawa yaitu Wikarna berdiri, dan menyuruh Dursasana melucuti pakaian para Pandawa dan Drupadi.Pandawa melepas pakaiannya dengan sukarela. Dursasana melepas pakaian Drupadi dengan paksa.Drupadi mengharapkan pertolongan dari seseorang, tetapi tidak seorangun tergerak untuk menolongnya, maka ia menyerahkan nasibnya kepada Tuhan.Dursasana terus menarik kain Drupadi, tetapi suatu keanehan terjadi. Kain Drupaddi tidak habis-habisnya, sampai Dursasana kelelahan dan terduduk. Ternyata yang membantu Drupadi adalah Krishna. Akhirnya selamatlah Drupadi dari perbuatan para Korawa untuk mempermalukan dirinya di depan orang banyak.